Minggu, 20 Maret 2011

Dampak dan pengaruh Kebudayaan terhadap IPTEK

Selama hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan perubahan-perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan dari satu generasi  ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan dan perwujudan kebudayaan yang bersifat statis (tidak mengalami perubahan).
Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya proses perubahan sosialisasi kebudayaan ialah perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan masyarakat, pemberontakan dan reformasi. Modernisasi bisa merubah dari masa pra modern menuju masa modern. Modernisasi mencakup proses sosial budaya yang ruang lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa ditetapkan secara mutlak.
Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok masyarakat lainnya.
Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi ini mengakibatkan dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana. Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia. Selain proses modernisasi dan globalisasi, ada juga proses yang disebut reformasi, proses dimana perbaikan atau penataan ulang terhadap faktor rehabilitasi yang terdapat pada masyarakat. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang bisa merubah semuanya untuk lebih baik dan terarah. Dan didasarkan pada perencanaan pada proses disorganisasi, problem, konflik antar kelompok dan hambatan-hambatan terhadap perubahan.
Lewat terjadinya proses globalisasi ini, perubahan yang paling jelas terlihat adalah perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) . Tentunya pesatnya perubahan dalam bidang TIK ini pun membawa banyak perubahan budaya bagi masyarakat, karena dengan menggunakan media ini banyak hal yang dapat kita lakukan dan lebih banyak sumber ilmu pengetahuan yang dapat kita akses. Meskipun tentunya disertai dengan berbagai pengaruh negatif yang termasuk didalamnya.
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
  1. Pengertian TIK dan budaya?
  2. Apakah dampak dari terjadinya pergeseran budaya?
  3. Bagaimana cara mengatasi pergeseran budaya tersebut?
  1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar menjadi pembelajaran bagi penulis dan pembaca dalam memahami bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya teknologi informasi dan komunikasi seharusnya tidak menggeserkan nilai-nilai budaya bangsa dan Negara indonesia.
KAJIAN TEORI
  1. Pengertian TIK dan Budaya
Istilah  “teknologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu tecnologisTechnie berarti seni, keahlian atau sains: dan logos berarti ilmu. Teknologi, menurut Gaibraith dapat diartikan sebagai penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam hal-hal yang praktis.Menurut. Association  for Educational Communication and Technology (AECT) adalah proses yang kompleks dan tepadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelolah pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
TIK adalah  bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang merupakan suatu media atau alat bantu khususnya dalam dunia pendidikan yang mempermudah mengakses informasi dan merangsang siswa untuk belajar. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu hasil usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Pendidikan serata ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang erat seperti diketahui bahwa iptek menjadi bagian utama dalam isi pendidikan. Dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan perkembangan iptek.
Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat. Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, huikum, adat istiadat dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat.kebudayaan yang terdiri atas buah pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan individu-individu, dipelajari berkat hidup mereka dalam linkungan sosial. bagi individu yang baru lahir, kebudayaan merupakan bantuan untuk elatihnya hidup efektif di dunia ini.
Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan identitas diri manusia yang diperoleh dengan cara belajar namun  Pergeseran budaya yang terjadi hingga hari ini, rupanya lebih banyak disebabkan makin majunya teknologi yang makin hari makin dekat dan nyata didepan mata. Saling mengucapkan syukur dan selamat saat hari raya maupun event tertentu, tak lagi disusahkan dengan corat-coret dan persiapan panjang, cukup dengan mengetik pesan singkat via ponsel, maka dalam waktu lima menitpun rasanya balasan sudah bisa diterima. Hanya saja ucapan ini begitu mudah pula dihapus dan dilupakan. Sedemikian lewat saja. Berkirim cerita dengan suratpun bisa digantikan panjang lebar dengan fitur email, yang bisa ditambahkan dengan gambar maupun suara sekalipun, gak perlu yang namanya kaset tape recorder yang diselipkan hanya untuk membekali isi surat demi sesuatu yang lebih surprise. Penyampaian berita pentingpun tak harus menunggu sehari dua lantaran kiriman Telegram tak jua muncul, tinggal luangkan waktu sejenak dengan harga maksimal 350 rupiah, kabar berita pentingpun bisa sampai ditujuan dengan selamat. Namun satu hal yang dapat dirasakan, kini tak ada lagi yang namanya rasa kehangatan ataupun perasaan menunggu-nunggu kiriman surat dari sang kekasih atau orang yang dicintai, karena dalam waktu sekian menitpun pasti akan ada jawabannya. Pergeseran akibat teknologipun sedikit demi sedikit mampu mengikis rasa kehangatan dan kekeluargaan yang ada dalam kekerabatan sekaligus pula mempermudah komunikasi tanpa jangka waktu yang lama.
  1. Hubungan antara TIK dan Kebudayaan
Kebudayaan merupakan ciri khas bangsa, kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Ada masalah yang universal seperti memenuhi kebutuhan biologis. Namun tiap masyarakat memilih cara yang dianggap paling sesuai sehingga tidak ada dua masyarakat yang sama kebudayaannya.
Kebudayaan dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan kontak dengan kebudayaan lain yang dipercepat oleh perkembangan Teknologi dan Informasim melalui komunikasi. Hal-hal yang dapat memecahkan masalah atau sebagai alat untuk mencapai tujuan masyarakat merupakan sarana yang berkaitan dengan perkembangan Imu Pengetahuan dan Teknologi khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dalam kebudayaan dapat dibedakan kebudayaan eksplisit yang dapat diamati secara langsung dalam kelakuan verbal maupun nonverbal pada anggota-anggota masyarakat. Kebudayaan eksplisit misalnya kelakuan dua orang atau lebih dalam situasi normal menurut peranan masing-masing seperti dalam interaksi antara suami-istri, orang tua-anak, guru-murid, dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan implicit misalnya kepercayaan, nilai-nilai, dan norma-norma dalam masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempunayi dampak positif dan negatif terhadap kebudayaan bangsa. Di pandang sebagai dampak positif sebab dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi sebagai sarana pembelajaran kebudayaan secara cepat. Dan dianggap sebagai pembawa dampak negatif bagi kebudayaan Negara kita karena tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi memudahkan orang yang berada di luar Negara Indonesia untuk memasukkan kebudayaan-kebudayaan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
PEMECAHAN MASALAH
  1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pergeseran Kebudayaan
Untuk mempelajari pergeseran budaya maka perlu diketahui sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya proses pergeseran itu, apabila diteliti lebih mendalam mengenai sebab terjadinya suatu pergeseran kebudayaan masyarakat mungkin saja dikarenakan adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan mungkin saja pergeseran terjadi karena adanya faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama itu.
Atau mungkin juga suatu masyarakat mengalami pergeseran budaya karena terpaksa demi untuk menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu.
Sumber-sumber yang melatar belakangi terjadinya pergeseran budaya terletak dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang terletak di luar. Sebab-sebab yang bersumber dari masyarakat itu sendiri diantaranya :
  1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
  2. Adanya penemuan-penemuan baru.
  3. Pertentangan masyarakat
  4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Sedangkan Sumber-sumber yang berasal dari luar masyarakat, yaitu :
  1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia.
  2. Peperangan
  3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
  1. Dampak Pergeseran Budaya
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai aspek sosial budaya yang beragam   banyaknya. Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia sangat kompleks, mengingat penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta jiwa dalam 30 kesatuan suku bangsa. Indonesia memiliki 67 budaya induk yang tersebar dari barat sampai ke timur nusantara. Selain itu Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau yang terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 pulau.  Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya raya dengan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang melimpah. Bangsa kita merupakan bangsa yang serba multi, baik itu multibahasa, multibudaya, maupun multiagama. Semua itu bila dikelola dengan baik dapat dijadikan sebagai potensi untuk memakmurkan rakyat dan memajukan bangsa kita. Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan identitas diri manusia yang diperoleh dengan cara belajar.
Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di dalamnya benda-benda hasil kreativitas dan ciptaan manusia. Contohnya adalah tari daearah, lagu daerah, dan kesenian daerah lainnya yang diperoleh dengan cara belajar. Namun dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat bersangkutan. Baik perspektif klasik maupun kontenporer sama-sama mengakui bahwa kebudayaan adalah identitas diri yang akan membedakan dengan bangsa-bangsa lain. Oleh sebab itu perlu adanya suatu pelestarian secara turun-temurun sehingga cipta, karsa, dan karya manusia tersebut tidak hilang.
  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Pergeseran Budaya
Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses pergeseran budaya terdapat factor-faktor yang mendorong jalannya pergeseran yang terjadi, factor-faktor tersebut antara lain :
  1. Kontak dengan kebudayaan lain.
  2. System pendidikan formal yang maju.
  3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
  4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpan yang bukan delik.
  5. Sistem terbuka lapisan masyarakat
  6. Penduduk yang heterogen.
  7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
  8. Orientasi ke masa depan.
  9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
  1. Faktor-Faktor yang Menghalangi Pergesaran Budaya
  2. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
  3. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.
  4. Sikap masyarakat yang tradisional.
  5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat.
  6. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
  7. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.
  1. Sikap Selektif Terhadap Pengaruh TIK
Kita menyadari bahwa tidak semua kebudayaan barat itu baik dan cocok untuk bangsa kita. Namun juga tidak semua kebudayaan barat itu jelek, yang jelek pasti kita tolak (tangkal).
Kita memaklumi bahwa sering kebudayaan yang jelek (misalnya kebebasan yang negatif dan kekerasan) itu justru yang menarik dan berkesan dari pada kebudayaan yang baik. Untuk itu diperlukan filter (penyaring) dengan alat, yaitu nilai-nilai Pancasila, agama, norma-norma kebudayaan, kepribadian bangsa, dan potensi Pancasila yang ada.
Caranya bagaimana? Berikut hal-hal yang perlu dilakukan oleh bangsa kita khususnya para tokoh agama, masyarakat, pendidik, dan pemimpin.
  1. Jika globalisasi itu memberi pengaruh, nilai, dan praktik yang positif, maka seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalami benturan dengan budaya lokal atau nasional, khususnya nilai agama. Dengan kata lain, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada dapat pula dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat kita, seperti budaya disiplin, kebersihan, tanggung jawab, egalitarianisme, kompetisi, kerja keras, menghargai orang lain, saling membantu, demokrasi dan semacamnya. Disinilah seharusnya kita mampu memberi bimbingan ke arah yang lebih baik.
  2. Selanjutnya, bagaimana kita mampu memberi pendidikan kepada anak-anak dan bangsa kita agar mereka tahu nilai negatifnya yang harus dihindari dan sebaliknya, mengetahui nilai-nilai yang positif dan bermanfaat untuk bangsanya. Ini berarti berkaitan dengan banyak aspek termasuk pendidikan, kemauan politik, hukum, dan contoh dari para pemimpin kita.
    1. Menumbuhkan kembali kesadaran akan arti dan tujuan hidup di dunia
Kita memaklumi bahwa sebagian besar kebudayaan barat menekankan pada kenikmatan di dunia (hedonisme) yang sifatnya hanya sementara saja. Jelas hal tersebut bertentangan dengan landasan agama. Manusia diciptakan di dunia ini dengan sempurna sebagai hamba Tuhan dan sebagai pengelola bumi. Kita wajib mengabdi kepada Tuhan untuk memperoleh ridha-Nya, sehingga keselamatan di dunia dan di akhirat dapat kita raih.
Dengan kesadaran tersebut kita akan sanggup :
1)      Mengatur diri, yaitu mengikuti aturan atau pedoman yang benar;
2)      Mengekang diri (mengendalikan diri), sehingga tenggang rasa, rendah hati, dan kejujuran akan terwujud dalam kehidupan ini;
3)      Merasakan kenikmatan lahir dan batin yang merupakan kenikmatan hakiki, yaitu dapat berbuat baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, maupun kepada sesama manusia.
  1. Dapat mempertanggung-jawabkan apa yang diperbuat di dunia
Konsep dan praktik tanggung jawab merupakan hal yang serius dan mendasar. Inilah kelemahan bangsa Indonesia yang belum berhasil menanamkan ajaran tanggung jawab bagi bangsanya  (baik lewat pendidikan formal, non formal, maupun informal), sehingga yang tampak sekarang adalah ekses reformasi, bukan keberhasilan reformasi. Akibat masih melemahnya tanggung jawab (bahkan mungkin belum tertanam), maka yang tampak adalah kepentingan pribadi dan kelompok atau golongan. Bahkan banyak terjadi permainan kotor dan melanggar hukum, hanya demi kepentingan tersebut.
Adapun tanggung jawab, baik serta formalitas administrasi maupun yang memiliki konsekuensi di akhirat, tetap menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing. Kita tidak boleh terbawa arus tanpa tujuan yang pasti, sebab semua akan dituntut dan dimintai pertanggung-jawaban.
Banyak orang yang tidak menyadari perjalanan hidup ini, sehingga membuat kerusakan terhadap dirinya sendiri, keluarga atau orang lain, bahkan terhadap bangsanya. Sebaiknya apa yang kita perbuat tidak membawa kerugian, melainkan membawa manfaat bagi diri sendiri, keluarga, maupun orang lain.
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat  disimpulkan sebagai berikut :
  1. TIK adalah  bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang merupakan suatu media atau alat bantu khususnya dalam dunia pendidikan yang mempermudah mengakses informasi.
  2. Perkembangan TIK ini dapat menimbulkan banyak jenis dampak terhadap kehidupan masyarakat, baik berupa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu aspek kehidupan yang paling terpengaruh dengan perkembangan ini adalah aspek kebudayaan masyarakat yang sedikit demi sedikit mengalami pergeseran.
  3. Terdapat berbagai cara yang dapat kita gunakan untuk meminimalisir dapak negatif dari perkembangan TIK ini, namun dampak positif yang kita dapat juga harus kita gunakan untuk mengembangkan Indonesia, sehingga tidak jauh tertinggal dibanding negara lain.
  1. Saran
Terdapat berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi pengaruh negatif yang datang bersama dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi agar budaya kita tidak hilang karena tergerus oleh derasnya modernisasi, diantaranya yaitu dengan membuat sebuah filter (penyaring) yang paling mendasar dalam diri kita sendiri yaitu kita kembali kepada ajaran agama. Keimanan dan ketakwaan yang teguh akan menyaring pengaruh kebudayaan barat dan kebudayaan bangsa lain. Hal ini harus dilakukan oleh segenap tokoh agama, masyarakat, pendidik dan para pemimpin.
Kita juga tidak menutup mata dari perkembangan TIK yang sekarang semakin pesat, karena lewat media itu, terdapat berbagai ilmu yang dapat kita contoh dan kita kembangkan untu memajukan bangsa Indonesia kita tercinta, sehingga dapat sejajar dengan negara-negara lain di kancah internasional.
Lewat teknologi informasi dan komunikasi juga dapat membawa efisiensi biaya dan tenaga. Karena dengan media itu, terdapat berbagai kegiatan yang dapat kita lakukan dengan lebih mudah dan cepat. Semoga kita dapat memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi ini secara optimal dan pada porsi yang tepat.

Keragaman Budaya Pada Zaman Modern

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan umat manusia pun mengalami perubahan. Menurut para pemikir post modernis dekonstruksi, dunia tak lagi berada dalam dunia kognisi, atau dunia tidak lagi mempunyai apa yang dinamakan pusat kebudayaan sebagai tonggak pencapaian kesempurnaan tata nilai kehidupan. Hal ini berarti semua kebudayaan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan yang ada hanyalah pusat-pusat kebudayaan tanpa periferi. Sebuah kebudayaan yang sebelumnya dianggap pinggiran akan bisa sama kuat pengaruhnya terhadap kebudayaan yang sebelumnya dianggap pusat dalam kehidupan manusia modern.
Wajah kebudayaan yangsebelumnya dipahami sebagai proses linier yang selalu bergerak ke depan dengan berbagai penyempurnaannya juga mengalami perubahan.Kebudayaan tersebut tak lagi sekadar bergerak maju tetapi juga ke samping kiri, dan kanan memadukan diri dengan kebudayaan lain, bahkan kembali ke masa lampau kebudayaan itu sendiri.

Lokalitas kebudayaan karenanya menjadi tidak relevan lagi dan eklektisme menjadi norma kebudayaan baru. Manusia cenderung mengadaptasi berbagai kebudayaan, mengambil sedikit dari berbagai keragaman budaya yang ada, yang dirasa cocok buat dirinya, tanpa harus mengalami kesulitan untuk bertahan dalam kehidupan.
Perubahan tersebut dikenal sebagai perubahan sosial atau social change. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya, namun perubahannya hanya mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, kecuali organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan sosial tersebut bardampak pada munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk baru yang bermutu tinggi dan hal inilah yang menjadi dasar terjadinya revolusi industri, serta kemunculan semangat asketisme intelektual. Menurut Prof Sartono, asketisme dan expertise ini merupakan kunci kebudayaan akademis untuk menuju budaya yang bermutu.
Sebagai homo faber, manusia mencipta dan bekerja, untuk memperoleh kepuasan atau self fulfillment. Dalam kaca mata agama dan unsur untuk beribadah, suatu orientasi kepada kepuasan batin dan menuju ke arah sesuatu yang transendental. Di sinilah yang disebut etos bangsa itu muncul.
Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi kepada diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pol
a hubungan pribadi dengan keluarga. Sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada umumnya, dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan dengan perubahan pola makanan dan pola kerja. Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena dipacu oleh semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Berger menyebutnya sebagai “lonely crowd” karena pribadi menemukan dirinya amat kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kebudayaan industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos yang nyaman berubah makna karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman lenyap. Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-robek karena individu mendesakkan diri kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan goyah, keempat birokrasi dan waktu menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi.
Para penganut paham pascamodern seperti Lyotard pernah mengemukakan perlunya suatu jaminan meta-sosial, yang dengannya hidup kita dijamin lebih merdeka, bahagia, dan sebagainya. Khotbah agung-nya (metanarasi) ini mengutamakan perlunya new sensibility bagi masyarakat yang terjebak dalam gejala dehumanisasi budaya modern.
Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga, munculah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah.
Kebudayaan Modern
Proses akulturasi di Negara-negara berkembang tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam (Bakker; 1984).
Apakah kebudayaan Barat modern semua buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang telah ada? Oleh karena itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan Barat Modern. Menurut para ahli kebudayaan modern dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
Kebudayaan Teknologi Modern
Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.
Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental.
Kebudayaan Modern Tiruan
Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
Kebudayaan-Kebudayaan Barat
Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.
Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).

Kamis, 03 Maret 2011

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa. Pengaruh globalisasi dirasakan di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain yang akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme bangsa.
Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut Edison A. Jamli (Edison A. Jamli dkk, Kewarganegaraan, 2005), globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Dengan kata lain proses globalisasi akan berdampak melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan.
Sebagai sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang yang dapat diartikan jarak semakin dekat atau dipersempit sedangkan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan pesatnya laju perkembangan teknologi yang semakin canggih khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bagi terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan, dapat disebarluaskan dengan mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga budaya suatu bangsa. Kecepatan arus informasi yang dengan cepat membanjiri kita seolah-olah tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk menyerapnya dengan filter mental dan sikap kritis. Makin canggih dukungan teknologi tersebut, makin besar pula arus informasi dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Oleh karena itu selama ini dikenal asas “kebebasan arus informasi” berupa proses dua arah yang cukup berimbang yang dapat saling memberikan pengaruh satu sama lain.
Namun perlu diingat, pengaruh globalisasi dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dapat dirasakan dengan adanya TIK adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang memberikan efisiensi dalam berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai contoh manifestasi TIK yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman surat hanya memerlukan waktu singkat, karena kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dan masih banyak lagi.
Sedangkan pengaruh negatif yang bisa muncul karena adanya TIK, misalnya dari globalisasi aspek ekonomi, terbukanya pasar bebas memungkinkan produk luar negeri masuk dengan mudahnya. Dengan banyaknya produk luar negeri dan ditambahnya harga yang relatif lebih murah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
Pada hakikatnya teknologi diciptakan, sejak dulu hingga sekarang ditujukan untuk membantu dan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, baik pada saat manusia bekerja, berkomunikasi, bahkan untuk mengatasi berbagai persoalan pelik yang timbul di masyarakat. TIK tidak hanya membantu dan mempermudah manusia tetapi juga menawarkan cara-cara baru di dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut sehingga dapat mempengaruhi budaya masyarakat yang sudah tertanam sebelumnya.
Budaya atau kebudayaan adalah kerangka acuan perilaku bagi masyarakat pendukungnya yang berupa nilai-nilai (kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan, kebijaksanaan, dll ) yang berpengaruh sebagai kerangka untuk membentuk pandangan hidup manusia yang relatif menetap dan dapat dilihat dari pilihan warga budaya itu untuk menentukan sikapnya terhadap berbagai gejala dan peristiwa kehidupan.
Jadi bagaimana TIK dapat mempengaruhi nilai-nilai yang telah tumbuh di masyarakat dalam suatu bangsa itu sangat tergantung dari sikap masyarakat tersebut. Seyogyanya, masyarakat harus selektif dan bersikap kritis terhadap TIK yang berkembang sangat pesat, sehingga semua manfaat positif yang terkandung di dalam TIK mampu dimanifestasikan agar mampu membantu dan mempermudah kehidupan masyarakat, dan efek negatif dapat lebih diminimalkan.